Araftaeyy

Kaleo mengendarai motornya, melaju dengan kecepatan rata-rata dengan angin yang menerpa wajahnya dan matahari yang saat ini sedang tenggelam, berganti waktu dengan rembulan dan tentunya bersama seseorang yang sangat disayanginya, sampai-sampai tidak berpikir untuk meninggalkannya atau ditinggalkannya, gadis itu—Kanaya Claudine, gadis yang sangat berharga dalam hidupnya, hidup Kaleo Dareen.

Senyuman manis terukhir tanpa henti dibalik helmet milik Kaleo, sementara wanitanya saat ini tengah tersenyum lepas disertai dengan angin yang juga menerpa wajahnya dan rambut panjang milik Kanaya yang berterbangan kian kesana kemari.


Setelah berkendara beberapa saat Kaleo memutuskan untuk pergi ke pantai yang tidak banyak pengunjung untuk melihat satu lagi keindahan Tuhan setelah gadisnya, Kanaya Claudine.

Setelah sampai, Kanaya turun dari motor milik Kaleo dan berlari kecil kearah pantai disusul Kaleo dibelangkang dengan tertawa kecil melihat kelakuan pacarnya itu.

“pelan-pelan Ka. Kayak anak kecil aja.” ucap Kaleo sedikit berteriak ke arah Kanaya. Kanaya membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Kaleo lalu mengeluarkan lidahnya dan berkata sedikit berteriak juga, “biarin aja, hari ini gue mau jadi anak kecil bleee.”

lagi-lagi Kaleo tertawa gemas melihat kelakuan pacarnya itu.


Kaleo dan Kanaya duduk berdampingan menghadap ke arah laut sambil melihat fenomena alam yang sungguh indah.

sunset nya bagus banget ya, jarang banget gue liat sunset akhir-akhir ini.” kata Kanaya sembari mengagumi keindahan alam yang ada di hadapannya saat ini.

“cantik, sangat cantik, sampai-sampai gue gabisa berpaling lagi.” ucap Kaleo sembari menghadap kearah Kanaya. Lantas Kanaya yang mendengar hal itu mengubah arah wajahnya, sekarang menghadap kearah Kaleo.

dan Saat itu juga, kedua mata mereka bertemu, saling menatap dan melempar senyuman.

sunset nya memang cantik.” ucap Kanaya setelah memutus tatapan mereka dan kembali menghadap ke arah laut. Sementara Kaleo masih menatapnya dalam lalu berkata, “ ya, sunset nya memang cantik, tapi anugerah Tuhan yang ada duduk disamping gue sekarang ini lebih cantik, sangat cantik, sampai-sampai gue gabisa berpaling lagi.”

deg

jantung Kanaya berdegup kencang, wajahnya memerah saat ini. Dia—Kanaya, hanya bisa menenggelamkan wajahnya akibat terlalu malu mendengar perkataan Kaleo barusan.

Kaleo yang melihat itu langsung mengangkat wajah Kanaya, menangkupnya lalu tersenyum.

Kini kedua mata mereka saling bertemu, lalu Kaleo mengalihkan matanya kearah bibir Kanaya dan berkata, “may i kissing you?” Kanaya tertegun sebentar lalu mengangguk mengiyakan permintaan Kaleo.

Kaleo mulai mendekatkan wajahnya, lalu sedikit memiringkan wajahnya dan seperdetik kemudian melumat bibir berwana pink milik Kanaya. Kanaya hanya bisa menutup matanya dan menikmati ciuman nya saat ini.

Keduanya mulai menyatu diiringi angin sore dan tenggelamnya matahari . Bahkan saat ini pun semesta terlihat bahagia menyaksikan dua insang yang bersatu karna cinta.

Sekali lagi, semesta menjadi saksi bisu peristiwa berharga dalam hidup keduanya.


Kaleo melepaskan ciumannya yang diikuti dengan Kanaya membuka matanya perlahan.

Mereka terdiam sebentar. Kini perasaan keduanya tengah bercampur aduk, antara rasa bahagia dan malu karena perbuatan mereka barusan.

Kaleo berdehem mencoba mencairkan suasana. “Ka, gue tau ini aneh tapi, gue sayang sama lo Ka, sesayang itu gue sama lo sampai-sampai gue gak mau kehilangan lo.”

pengakuan Kaleo satu ini membuat Kanaya memandangnya dengan pandangan sedikit terkejut, Kaleo ini, selalu saja membuat hal yang mengejutkan hatinya, dasar.

“jangan pernah tinggalin gue Ka, meski dalam situasi apapun, janji ya?” ucap Kaleo lagi lalu memberikan sebuah pelukan hangat sebagai akhir dari hari ini dan janjinya tadi sore.

Kanaya mengangkat wajahnya sedikit keatas agar Kaleo dapat melihat wajahnya lalu berkata, “Kaleo, I'm here with you, forever

keduanya terhanyut dalam pelukan, pelukan yang sangat hangat.

Dan sekali lagi, semesta menjadi saksi bisu kisah mereka, kisah yang tidak terlalu istimewa namun berharga, kisah yang agak rumit namun berakhir bahagia,

dan kisah yang selesai namun belum terselesaikan.

-selesai-

salam kasih, ©Araftaeyy


-From Bias to Boyfriend

Hati Kanaya saat ini tengah berbunga-bunga, rasanya ia akan terbang ke-langit ke-tujuh sekarang setelah melihat balasan pesan dari Kaleo. Sangat singkat, hanya tiga kata, “too” namun damage nya berkali-kali lipat.

Kanaya mulai merapikan kos-an nya selagi menunggu kedatangan sang kekasih, ya sekarang Kaleo sudah menjadi kekasihnya, rasanya seperti mimpi dan Kanaya tidak ingin bangun dari mimpi ini.

Berkali-kali ia memastikan apakah yang sekarang terjadi kepadanya hanya mimpi? apakah yang terjadi kepadanya dua bulan terakhir hanya khayalannya saja?

Berakli-kali itupun semesta memberitahukan, bahwa yang dialaminya saat ini adalah sebuah kenyataan, kenyataan yang sangat indah.


Tak lama kemudian, Kaleo datang dengan mengetuk pintu kos-an milik Kanaya. Kanaya segera merapikan rambutnya dan sesekali berkaca, melihat penampilannya saat ini.

Setelah dirasa cukup, Kanaya melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu dan tangannya terangkat kearah knop pintu lalu membukanya.

Kaleo, Kaleo ada dibalik pintu itu dengan sebuah senyuman yang Kanaya harap tidak akan pernah pudar dari wajah indah milik Kaleo.

Kanaya hanya diam, menatap betapa indahnya ciptaan Tuhan satu ini, ia merasa sangat beruntung memiliki Kaleo disisinya saat ini dan Kanaya harap Kaleo akan selalu disisinya, sampai di hari tua nanti.

“pacarnya gak diizinin masuk?” tanya Kaleo tiba-tiba membuat Kanaya sedikit tersentak, ditambah perasaan sedikit malu mendengar Kaleo mengatakn kata “pacar” yang secara tidak langsung, ia mengklaim Kanaya ssebagai pacarnya.

Kanaya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sambil cengar-cengir lalu mempersilahkan Kaleo untuk masuk kedalam ko-an nya.


Situasi menjadi sedikit canggung, mungkin karna mereka berdua sudah lama tidak berjumpa, sudah sekitar 4 minggu yang lalu akibat kesibukan Kaleo dan Kanaya memahami hal itu.

“katanya tadi mau cuddle-lan.” kata Kanaya membuka percakapan.

“udah mandi?” tanya Kaleo tanpa menjawab perkataan Kanaya yang tadi. “udahlah, yakali anak cewek nggak mandi.” ucap Kanaya menjawab pertanyaan Kaleo.

“biasanya juga gak.” ujar Kaleo membuat Kanaya menatapnya dengan tatapan sedikit marah, “yakan 'biasanya' ” balas Kanaya lagi.

Kaleo terkikik mendengar jawaban Kanaya, lalu berkata, “yuk jalan.” ucapnya.

“sekarang?”

“tahun depan Ka.”

“kalau tahun depan kenapa ngajaknya sekarang sih Le?” pertanyaan Kanaya satu ini langsung membuat Kaleo heran, mengapa ia bisa mempunyai pacar seperti jaringan 3g?

Kaleo menggelengkan kepalanya pelan sambil tertawa kecil lalu mejawab, “sekarang Kanaya cantik.”

lagi, lagi, dan lagi, Kaleo Dareen dengan kata-kata manisnya mencoba membunuh Kanaya secara perlahan dan Kanaya hanya bisa menahan malu dan senyum akibat kata-kata manis Kaleo, pacarnya itu.

“perasaan lagi dalam rumah, kenapa tuh muka merah?” tanya Kaleo.

'ya karna lo lah muka gue begini, mama mau pingsan aja udah' ucap Kanaya dalam hatinya.

“mau pergi gak? gue gak punya banyak waktu nih.” ajak Kaleo lagi.

“eh iya, tapi tunggu gue ganti baju dulu ya?” ucap Kanaya.

Hati Kanaya saat ini tengah berbunga-bunga, rasanya ia akan terbang ke-langit ke-tujuh sekarang setelah melihat balasan pesan dari Kaleo. Sangat singkat, hanya tiga kata, “too” namun damage nya berkali-kali lipat.

Kanaya mulai merapikan kos-an nya selagi menunggu kedatangan sang kekasih, ya sekarang Kaleo sudah menjadi kekasihnya, rasanya seperti mimpi dan Kanaya tidak ingin bangun dari mimpi ini.

Berkali-kali ia memastikan apakah yang sekarang terjadi kepadanya hanya mimpi? apakah yang terjadi kepadanya dua bulan terakhir hanya khayalannya saja?

Berakli-kali itupun semesta memberitahukan, bahwa yang dialaminya saat ini adalah sebuah kenyataan, kenyataan yang sangat indah.


Tak lama kemudian, Kaleo datang dengan mengetuk pintu kos-an milik Kanaya. Kanaya segera merapikan rambutnya dan sesekali berkaca, melihat penampilannya saat ini.

Setelah dirasa cukup, Kanaya melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu dan tangannya terangkat kearah knop pintu lalu membukanya.

Kaleo, Kaleo ada dibalik pintu itu dengan sebuah senyuman yang Kanaya harap tidak akan pernah pudar dari wajah indah milik Kaleo.

Kanaya hanya diam, menatap betapa indahnya ciptaan Tuhan satu ini, ia merasa sangat beruntung memiliki Kaleo disisinya saat ini dan Kanaya harap Kaleo akan selalu disisinya, sampai di hari tua nanti.

“pacarnya gak diizinin masuk?” tanya Kaleo tiba-tiba membuat Kanaya sedikit tersentak, ditambah perasaan sedikit malu mendengar Kaleo mengatakn kata “pacar” yang secara tidak langsung, ia mengklaim Kanaya ssebagai pacarnya.

Kanaya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sambil cengar-cengir lalu mempersilahkan Kaleo untuk masuk kedalam ko-an nya.


Situasi menjadi sedikit canggung, mungkin karna mereka berdua sudah lama tidak berjumpa, sudah sekitar 4 minggu yang lalu akibat kesibukan Kaleo dan Kanaya memahami hal itu.

“katanya tadi mau cuddle-lan.” kata Kanaya membuka percakapan.

“udah mandi?” tanya Kaleo tanpa menjawab perkataan Kanaya yang tadi. “udahlah, yakali anak cewek nggak mandi.” ucap Kanaya menjawab pertanyaan Kaleo.

“biasanya juga gak.” ujar Kaleo membuat Kanaya menatapnya dengan tatapan sedikit marah, “yakan 'biasanya' ” balas Kanaya lagi.

Kaleo terkikik mendengar jawaban Kanaya, lalu berkata, “yuk jalan.” ucapnya.

“sekarang?”

“tahun depan Ka.”

“kalau tahun depan kenapa ngajaknya sekarang sih Le?” pertanyaan Kanaya satu ini langsung membuat Kaleo heran, mengapa ia bisa mempunyai pacar seperti jaringan 3g?

Kaleo menggelengkan kepalanya pelan sambil tertawa kecil lalu mejawab, “sekarang Kanaya cantik.”

lagi, lagi, dan lagi, Kaleo Dareen dengan kata-kata manisnya mencoba membunuh Kanaya secara perlahan dan Kanaya hanya bisa menahan malu dan senyum akibat kata-kata manis Kaleo, pacarnya itu.

“perasaan lagi dalam rumah, kenapa tuh muka merah?” tanya Kaleo.

'ya karna lo lah muka gue begini, mama mau pingsan aja udah' ucap Kanaya dalam hatinya.

“mau pergi gak? gue gak punya banyak waktu nih.” ajak Kaleo lagi.

“eh iya, tapi tunggu gue ganti baju dulu ya?” ucap Kanaya.

©Araftaeyy


-From Bias to Boyfriend

Setelah menerima pesan dari Kanaya yang mengirim lokasinya saat ini, Kaleo segera bergegas untuk menemui Kanaya. Ada hal yang ingin dia sampaikan dan Kaleo tidak ingin terlambat untuk mengatakannya.

Kaleo melajukan motornya diatas rata-rata menuju tempat dimana Kanaya berada saat ini.


Setelah Kaleo sampai ditempat tersebut, yang mana adalah sebuah pantai dengan pasir putih dan air laut yang begitu jernih, Kaleo langsung mencari keberadaan Kanaya diantara sekumpulan manusia yang sedang berada di sana.

Sore itu langit begitu cerah dengan angin sore yang sedikit kencang menerpa wajah mereka. Kaleo melihat Kanaya yang tengah memejamkan matanya kearah laut.

seperdetik kemudian, Kaleo berlari kearah Kanaya dan memeluknya erat, sontak Kanaya tertegun dan segera membalikkan badannya dan mendapati Kaleo disana dengan wajah yang tidak biasa ia lihat.

“lo ngapain disini Le?” tanya Kanaya heran melihat Kaleo berdiri disini, didepannya.

“Ka, maafin gue...” ucapnya lirih. Kanaya menautkan alisnya, tanda tak mengerti dengan perkataan Kaleo, “maksudnya?” tanya Kanaya.

“gue belum telat kan? gue tau Ka, gue telat, malah gue telat banget buat nyadarin ini.” Ucap Kaleo sambil menatap Kanaya.

“Le kalau bicara itu—”

“gue sayang sama lo Ka!” ucap Kaleo tiba-tiba membuat Kanaya membulatkan matanya kaget dengan perkataan Kaleo barusan.

“gue tau lo emang sayang sama gue, kan kita temanan.” ucap Kanaya setelah mencerna perkataan Kaleo menurut otaknya.

Kaleo segera menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa perkataan Kanaya barusan bukanlah maksud dari perkataan Kaleo, “gue sayang sama lo Ka, gue cinta sama lo, gue suka sama lo, dan gue gak mau kehilangan lo,” ucap Kaleo

“Ka, maafin gue, selama ini gue salah, gue salah mengira kalau gue gak akan pernah jatuh sama lo Ka.” Kaleo memberi sedikit jeda sebelum melanjutkan perkataannya barusan, “iya Ka, gue udah jatuh, gue udah jatuhin seluruh dunia gue ke lo dan gue udah ngelakuin hal itu sedari dulu.”

Dapat Kaleo lihat wajah Kanaya yang tadinya kebingungan sekarang terlihat sangat kaget, ia seperti tidak percaya apa yang di katakan Kaleo saat ini.

“Le, kalau lo mau becanda jangan gini please...” ucap Kanaya lirih sambil menatap Kaleo.

“gue gak lagi bercanda Ka. Gue serius, gue serius udah menjatuhkan dunia gue ke lo... dan bodohnya lagi, gue baru sadar itu sekarang” perkataan Kaleo barusan membuat Kanaya tercengang, entahlah ia tidak tahu harus bereaksi apa saat ini.

tak lama setelah itu, Kaleo menarik dalam-dalam tubuh Kanaya, memeluknya erat, memberi kehangatan pada Kanaya. Air mata Kanaya keluar begitu saja, dia tidak tahu kenapa air matanya keluar saat ini, apakah karna rasa bahagia atau lain hal?

“pasti lo capek ya? sakit? sedih? maaf Kanaya, maaf...” kata Kaleo sambil tetap mendekap tubuh Kanaya.

Kanaya belum membuka suaranya sedikitpun, pikirannya masih mencerna perkataan Kaleo barusan.

Laut, angin, dan pantai juga dunia menjadi saksi bisu peristiwa hari ini, pengakuan Kaleo, dan pembalasan cinta Kanaya.

Ka, I love you, then, now, and so on

©Araftaeyy


-From Bias to Boyfriend

Hari ini, mood Kanaya benar-benar baik, ia merasa sangat senang. Yang pertama karena kemenangan NCT DREAM di MUSIC WEEK dan pertemuan nya dengan sahabatnya itu, Kaleo Dareen.

Kanaya berjalan kearah dorm Kaleo beserta member NCT DREAM yang lain dengan perasaan yang senang sambil menimang buket bunga tulip merah di lengan nya.

Senyum diwajah Kanaya belun bisa luntur saat ini, hatinya sedang berbunga-bunga.

Mungkin sekarang, orang yang melihatnya, menganggapnya seperti orang gila, tersenyum sendiri tanpa sebab, namun Kanaya tidak peduli akan hal itu, sekarang yang dipikirannya hanyalah Kaleo Dareen.

Sudah seribu kata dikepalanya bercampur aduk akibat bingung kata selamat yang mana yang pas untuknya.

“selamat Le, semoga kedepannya bakal lebih banyak prestasinya”

“congratulations Leo, You deserve that.!”

“congrats Le, maaf cuma bisa kasih buket bunga ini.”

Dan beberapa kata lain. Kanaya masih belum bisa menemukan kata yang cocok untuk ucapan selamat nya kali ini.


Hatinya berdegup kencang, kala ia telah sampai tepat didepan asrama sahabatnya itu.

Dengan langkah yang sedikit gemetaran, ia memasuki asrama yang ditempati Kaleo.

Belum sempat menaiki lift, mata Kanaya menangkap suatu objek, yang tidak lain adalah Kaleo sendiri yang sedang tersenyum bersama seorang gadis?

Tubuh Kanaya membeku kala ia melihat Kaleo dipeluk oleh gadis itu, dan yang paling membuat Kanaya terkejut adalah gadis yang sekarang sedang mengobrol sembari tertawa kecil bersama Kaleo adalah Aruna Catherine, aktris solo asuhan MS Enterteiment yang sedang naik daun.

Dengan melihat itu, Kanaya langsung tersadar siapa dirinya. Lagipula, mau dilihat dari sisi manapun, Aruna lebih unggul darinya.

Kanaya ingin pergi darisitu, entah kenapa hatinya sesak melihat hal tersebut. Namun entah kenapa, kakinya melangkah terus maju membawanya pada dua orang didepan nya.

“Leo...” panggil Kanaya dengan suara sedikit pelan, takut mengganggu aktivitas nya saat ini.

Leo yang sedang berbicara dengan Aruna lantas berbalik dan mendapati Kanaya disana dengan buket bunga tulip merah yang dia genggam.

“Ka, udah dateng ya?” ucapnya sambil tersenyum kepada Kanaya.

“Na, makasih ucapan nya, gue ada janji sama teman gue, nanti lagi ya baru kita ngobrol lagi.” ucap Kaleo lembut. Aruna lantas mengangguk, mengiyakan perkataan Kaleo.

“Kalau gitu, gue balik ya Leo.” ucapnya sambil memberikan satu pelukan perpisahan, yang mana membuat Kanaya sedikit merasa sesak, padahal itu adalah hal yang biasa.

Kini Kaleo berbalik arah menghadap Kanaya, “yuk masuk.” ajak Kaleo.

“Eh nggak deh Le, gue ada urusan hehe. Ini bunganya buat lo, sesuai janji gue.” kata Kanaya sambil tersenyum kepada Kaleo.

Kaleo mengambil buket itu dengan senang hati lalu mengucapkan terimakasih kepada Kanaya, “makasih Ka, bunganya.” kata Kaleo yang kini sudah menggenggam buket bunga dari Kanaya. Kanaya tersenyum mengangguk lalu pamit pulang secepatnya.


Dalam perjalanan pulang, Kanaya menangis, namun tidak banyak, hanya tetesan air mata yang kebetulan lolos dari mata Kanaya saat itu.

Kanaya mulai berpikir, apalah dia dibanding yang lain? Kanaya hanya mahasiswa fakultas kedokteran biasa, cantik? Tidak, Kanaya hanya gadis biasa, pintar? Apalagi, Kanaya tidak sepintar itu.

Kini Kanaya merutuki dirinya sendiri, ia merutuki dirinya sendiri karena salah menjatuhkan dunianya pada seorang Kaleo Dareen.

Ya, Kanaya telah lama memutuskan untuk menjatuhkan seluruh dunianya pada sahabat nya itu, masalahnya Kaleo lah yang selalu menjatuhkan dan meribihkan dunianya dengan mengecam bahwa mereka hanya teman dan tidak lebih dari itu.

“bodoh, Kanaya lo bodoh, bisa-bisanya lo jatuh hati sama orang yang jelas-jelas nggak bisa lo dapetin. Lo bodoh Kanaya.” ucapnya pada dirinya sendiri.

©Araftaeyy


-From Bias to Boyfriend

#Ayyara Ya?

Seperti biasa, inilah rutinitas seorang Jevano Alister yaitu, pergi ke perpustakaan untuk sekedar membaca untuk mendalami pelajarannya.

Ah jika ada yang bertanya begini, ‘di jaman sekarang, apakah masih ada orang yang belajar seperti orang gila?’ jawabannya adalah ya, ada, dan orang itu adalah Jevano.

Lelaki itu penuh dengan hasrat ambisi, dia dijuluki mesin jawaban oleh teman sepergaulannya karena hampir semua soal, ia tau jawabannya. Selain itu, Jevano sering memberikan jawaban kepada teman-temannya secara Cuma-Cuma.

Untuk hari ini, Jevano mengelilingi perpustakaan, mencai buku yang ia cari-cari untuk melengkapi pembelajarannya.

Materi yang ia pelajari hari ini adalah momen inersia. Saking fokusnya mencari materi tersebut, Jevano sampai tidak sadar dan secara tidak sengaja menabrak seseorang yang ada didepannya.

brukk

“aww” ringis perempuan yang ditabrak Jevano.

“eh, saya minta maaf, kamu nggak apa-apa kan?” tanya Jevano khawatir.

Gadis itu hanya tersenyum kepada Jevano sambil membereskan bukunya yang berjatuhan, tentu saja buku Jevano ikut terjatuh karena tabrakan itu.

“gue nggak-papa kok.” Jawabnya setelah membereskan buku-buku yang berjatuhan, tak lupa dengan senyumannya.

Tanpa sadar, Jevano masih memperhatikannya, mentapnya begitu dalam. Bukannya apa, hanya saja rasanya sangat sejuk dan Jevano terhanyut begitu saja.

Jevano masih memperhatikan gadis itu, sampai seseorang menepuk bahunya pelan, “woi! Ngelamun aja, ntar kesambet baru tau rasa.” Ucap orang itu.

“Naresh, kamu ngagetin aja.” Ucap Jevano sambil mengelus dadanya.

Jevano membalikkan badannya, namun nihil, gadis manis yang membuatnya terhanyut dalam sekali tatap itu telah menghilang.

Jevano menghembuskan napasnya berat.

“liatin siapa sih? Serius amat,” tanya Naren lagi. “oh liatin Ayyara yaaa, cie-cie suka lo bro?”

Ayyara ya? batin Jevano.

©Araftaeyy


-Je(o)vano

Leo segera pergi dari ruang Latihan setelah mengirimkan pesannya. Ia terburu-buru lantara khawatir dengan keadaan Kanaya. Kini dipikirannya hanya Kanaya, bagaimana keadaannya, apakah ia sedang menangis, apakah ia saat ini baik-baik saja? Ah tidak, Leo pun tau itu.

Leo mengendarai sepeda motornya dan tanpa sadar melajukan motornya begitu cepat, lupa memakai masker, saking khawatirnya dia dengan sahabatnya itu.

“Ka tungguin gue…”


Disisi lain ada Kanaya yang tengah berusaha meredahkan tangisnya, sesaat setelah menerima pesan dari Leo yang mengatakan bahwa dia akan mengunjungi Kanaya. Jujur saja Kanaya senang, akhirnya setelah sekian lama, ia bisa bertemu dengan Leo, namun tidak dengan keadaan seperti ini. Kanaya menghapus sisa air mata pada wajahnya dan membasuh wajahnya, tidak ingin dilihat Kaleo dengan keadaannya yang seperti ini.

Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan dari luar kos-an Kanaya. Kanya segera melangkahkan kakinya menuju pintu, hendak membuka pintu. Kanaya tahu siapa orang itu.


Kini dibalik pintu, Leo sedang menegtuk pintu Kanaya dengan pikiran yang kalut, takut terjadi sesuatu dengan Kanaya. Tak butuh waktu lama, pintu kos-an Kanaya terbuka, menampakkan Kanaya dengan kaos putih kebesaran dan celana pendek nya, dan dengan wajah yang berantakkan, Leo tak melihat satu pun tetesan air mata, namun mata Kanaya membengkak menjawab segalanya.

Tanpa aba-aba, Leo langsung memeluk erat Kanaya, membuat Kanaya sedikit kaget. “It's okay Kanaya, I'm here” katanya sambil memeluk Kanaya erat dan menutup matanya. “sesak Le…” ujar Kanaya.

Leo tidak melepas pelukannya, hanya saja sedikit mengendurkan pelukannya. “maaf…” ucap Leo. Kanaya tidak menjawab, jujur saja ia terlalu nyaman dengan sikap Leo saat ini. “maafin gue Kanaya, gue gak balas pesan lo, gue hirauin lo, maafin gue.” Ucap Leo lagi,

membuat Kanaya mendongkakkan kepalanya keatas, terlihat jelas wajah tampan nan indah milik Leo dengan sedikit dibumbuhi wajah imutnya, “kenapa minta maaf sih Le? Gue nggak apa-apa kok,” ucap Kanaya, “tadi itu pikiran gue lagi sedikit kacau makanya nge-chat kayak gitu.” Ucapnya lagi tak lupa senyumannya.

Kaleo melepaskan pelukannya dan terdiam sebentar. Lantas Kanaya menatapnya, ia tersadar Kaleo tidak memakai masker, “Le, kok nggak pake masker sih? Kalau ada yang lihat gimana? Di kos-an ini banyak lo penggemar lo.” Ucap Kanaya sambil menatap Leo dengan tatapan sedikit marah.

“Le lain kali itu—”

“bisa gak sih gausah pikirin hal lain?” potong Leo.

Leo menatap Kanaya, kali ini dengan intens seperti sedang mengintimidasi. Tentu saja Kanaya menjadi takut, nyalinya menciut seketika dan menundukkan kepalanya, tak sanggu menatap mata Leo.

“jangan terlalu pikirin hal lain, gue gasuka, apalagi lo kalau lo pikirin gue.” Ucapnya membuat Kanaya kembali menatapnya, sedikit kaget. “maksud gue, gue gasuka kalau lo terlalu memikirkan gue padahal lo sehrusnya pikirin diri lo sendiri. Gue gabisa bantu lo kalau lo kenapa-kenapa nantinya.” Ucap Leo diakhiri nada sedikit ragu dengan kalimatnya diakhir.

“intinya lo gak boleh nyerah Ka.” Ucap Kaleo lagi dengan nada yang lembut membuat Kanaya kembali menatapnya tanpa rasa takut. “lo yang selalu bilang ke gue buat jangan menyerah, buat selalu berusaha, buat selalu percaya kalau lo bakal berhasil suatu hari nanti, dan gue… gue mau lihat diri lo yang itu, Kanaya.”

“gue gak mau kalau orang yang selama ini jadi penyemangat gue, yang jadi alasan kenapa gue bisa berdiri seperti ini terjatuh, gue gak sanggup.” Ucapnya diakhiri dengan helaan nafas yang agak berat.

Tanpa sadar, tetes demi tetes air mata Kanaya lolos, ah tidak bisakah ia menahannya saja? Rasanya malu menangis seperti ini didepan Leo. Leo tersenyum kala Kanaya berusaha menyembunyikan wajahnya itu.

Segera, Leo menangkup wajah Kanaya dan berkata, “lo bisa menangis sepuasnya, karna gue ada buat lo disaat lo senang ataupun sedih, gausah malu, lo tetap cantik kok.” Ucapnya diakhiri dengan senyuman.

Sekali lagi, Kaleo menarik tubuh Kanaya dan memeluknya, lalu membisikan sesuatu tepat ditelinga Kanaya, “Don't worry Ka, I'm always here, beside you.

©Araftaeyy


-From Bias to Boyfriend

Kaleo Dareen, lelaki yang kini baru berusia 21 tahun dengan segudang prestasi. Tentu saja, prestasi itu tidak ia dapatkan secara cuma-cuma, banyak hal yang harus ia pertaruhkan termasuk dunia perkuliahan nya.

Kaleo yang memulai debutnya sebagai penyanyi dalam satu grup yang bernama NCT Dream. Jujur saja, impiannya untuk menjadi bintang besar sudah ia impikan dari kecil. Sayangnya, banyak hal yang harus membuat Kaleo mempertimbangkan impiannya lagi.

Sejak kecil, Kaleo sudah diajarkan bagaimana kerasnya dunia, pengajaran itu ia dapatkan bukanlah secara langsung, tapi memang semesta yang begitu jahat kepadanya, sehingga ia, Kaleo kecil tau betapa pahitnya dunia.

Beranjak dewasa dan mulai memasuki SMA, Kaleo dipertemukan oleh seorang gadis yang selalu menymangatinya, gadis yang selalu mengatakan bahwa, 'dunia itu tidak seburuk apa yang lo lihat, dunia lebih luas dari itu, biar gue yang perlihatkan kalau disisi lain dunia, ada keindahan juga'

Gadis itu bernama Kanaya Claudine, teman pertama Kaleo dan penyemangat Kaleo. Jika saja Kaleo tidak pernah bertemu Kanaya, mungkin Kaleo tidak akan berpikir untuk mengejar mimpinya yang pernah I kubur dalam-dalam.

'yakin deh Kale, kalau lo berusaha buat ngejar mimpi lo, itu semua bakal kegapai' kalimat Kanay untuk Kaleo yang selalu ia ingat sampai detik ini.

Bahkan pada masa SMA-pun, Kaleo tidak bisa merasakan sesuatu yang indah, seperti kata orang “masa yang paling indah adalah masa SMA, ” tetapi bagi Kaleo, masa SMA-nya adalah masa yang paling ingin dia lupakan.

Hanya Kanaya, hanya gadis itu yang menjadi kenangan indah masa remajanya itu. Selain itu, bagi Kaleo semuanya begitu suram.

Bahkan untuk mengubur masa kelamnya saat SMA, Kaleo mengganti nama panggilannya, dari Kale menjadi Leo. Kaleo tidak ingin ada seseorang yang mengenalnya sebagai Kale, dia hanya ingin semua orang memanggilnya sebagai Leo.

Dan ya, sampai sekarang dimasa kekayaannya, Kaleo hanya dilihat sebagai Leo, tidak ada yang mengetahui sisi lain dari masa lalu ya bersama Kale, hanya Kanaya, dan temannya pada saat SMA, ralat! Leo hanya memiliki satu teman semasa SMA, yaitu Kanaya.

©Araftaeyy


-From Bias to Boyfriend

Saat ini Aksara sudah siap untuk menjemput Thalia dari rumahnya, entah mengapa jantung Aksara berdegup kencang, padahal Aksara hanya akan menjemput Thalia untuk diajarinya di Cafe, sekalian untuk 'modus'.

Aksara mengambil napas panjang lalu menghembuskannya pelan. Dia menaiki motornya lalu melajukannya kerumah Thalia.


Setelah beberapa Saat, akhirnya Aksara tiba di rumah Thalia. Aksara melangkahkan kakinya berat kehalaman rumah Thalia.

Suasana tambah mencekam saat Aksara menyadari bahwa perumahan Thalia adalah perumahan polisi, yang berarti ayah Thalia adalah seorang polisi. Matilah dia!

Sesampainya di depan pintu, ia mengetuk pelan pintu rumah Thalia, sesekali memanggil nama Thalia.

tok tok tok

“permisi, Thalia” panggil nya.

Tak lama kemudian, seorang lelaki paruh baya, lengkap dengan seragam kepolisiannya keluar. Lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah ayah Thalia.

Ayah Thalia, Daniel, memandang Aksara dari atas kepalanya sampai ujung kakinya, membuat nyali Aksara menciut.

“siapa kamu? Sepertinya saya tidak pernah melihat kamu datang?” ucap ayah Thalia.

“kenalin om, nama saya Aksara Narendra, saya mau menjemput Thalia om.” ucap Aksara penuh keberanian. Entahlah, mungkin rasa sukanya sudah mengalahkan rasa takutnya.

“ayo masuk.” ajak Daniel.

Aksara menampakkan wajah bingungnya, dia kira Daniel akan menyuruhnya pulang atau semacamnya.

“iya om” ucap Aksara ragu.

“ada perlu apa dengan putri saya?” tanya Daniel.

“saya hanya mau mengajari Thalia om, Thalia ketinggalan pelajaran makanya saya bantu dia om.” jelas Aksara.

“memangnya kamu bisa ajar Thalia?.” tanya Daniel lagi.

“oh jelas ia om, saya itu murid terpintar disekolah om. Saya sudah menjadi langganan juara satu olimpiade matematika dan fisika om, selain itu saya juga bisa berbahasa inggris om, jadi saya jelas bukan anak nakal om.” ucap Aksara menjelaskan tentang prestasinya.

“kamu ini berani banget ya bicara sama saya?”

Mendengar ucapan Daniel, Aksara menelan ludahnya.

“bukan gitu om,saya nggak—”

“kamu berani bicara sama saya dan saya suka sama keberanian kamu.” ucap Daniel membuat Aksara terdiam kaget.

“hahahaha pasti kamu pikir saya akan marahkan?” ucap Daniel tertawa terbahak-bahak.

“hahaha iya om.” jawab Aksara setengah tertawa.

Tak lama kemudian Thalia turun dari kamarnya. Kemudian Aksara dan Thalia melanjutkan perjalanannya ke Cafe, tak lupa berpamitan kepada kedua orang tua Thalia.


Sudah selama 40 menit Thalia dan Aksara belajar. Thalia memutuskan untuk menyelesaikan pembelajaran hari ini, setelah mengerjakan pr tadi.

“udah selesai nih, gue pulang deluan ya.” ucap Thalia sambil merapiakan buku-bukunya.

“yaudah ntar barengan, gua antar pulang.” ucap Aksara.

“nggak usah, gue pulang sama bobo, sekalian mau temani beli buku buat nono.” jelas Thalia.

“nono siapa sih?” tanya Aksara.

“sahabat gue.” jawab Thalia.


Tak lama kemudian, Jeno sahabat Thalia datang dan menghampirinya.

“hai, maaf Lia nono lama.” ucap nono menyesal.

“nggak apa-apa kok, cuma telat bentar doang kok.” ucap Thalia.

“oh iya no, ini Aksara teman belajar Thalia. Aksara ini nono sahabat gue, nama aslinya Jeno.” ucap Thalia sambil memperkenalkan Aksara dan Jeno.

“hai Aksara gua Jeno.” ucap Jeno mengulurkan tangannya.

“Aksara.” sahut Aksara cuek, bahkan Aksara menolak tangan Jeno.

“Aksara, gue sama Jeno deluan ya. see you” kata Thalia sebelum melenggang pergi.

“yaampun banyak amat saingan gua, dosa gua sebesar apa sih? Dapetin Thalia aja harus berhadapan sama dua cowok, mana sama-sama ganteng lagi, nasib-nasib.”


-Aksara

Saat ini Aksara sudah siap untuk menjemput Thalia dari rumahnya, entah mengapa jantung Aksara berdegup kencang, padahal Aksara hanya akan menjemput Thalia untuk diajarinya di Cafe, sekalian untuk 'modus'.

Aksara mengambil napas panjang lalu menghembuskannya pelan. Dia menaiki motornya lalu melajukannya kerumah Thalia.


Setelah beberapa Saat, akhirnya Aksara tiba di rumah Thalia. Aksara melangkahkan kakinya berat kehalaman rumah Thalia.

Suasana tambah mencekam saat Aksara menyadari bahwa perumahan Thalia adalah perumahan polisi, yang berarti ayah Thalia adalah seorang polisi. Matilah dia!

Sesampainya di depan pintu, ia mengetuk pelan pintu rumah Thalia, sesekali memanggil nama Thalia.

tok tok tok

“permisi, Thalia” panggil nya.

Tak lama kemudian, seorang lelaki paruh baya, lengkap dengan seragam kepolisiannya keluar. Lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah ayah Thalia.

Ayah Thalia, Daniel, memandang Aksara dari atas kepalanya sampai ujung kakinya, membuat nyali Aksara menciut.

“siapa kamu? Sepertinya saya tidak pernah melihat kamu datang?” ucap ayah Aksara.

“kenalin om, nama saya Aksara Narendra, saya mau menjemput Thalia om.” ucap Aksara penuh keberanian. Entahlah, mungkin rasa sukanya sudah mengalahkan rasa takutnya.

“ayo masuk.” ajak Daniel.

Aksara menampakkan wajah bingungnya, dia kira Daniel akan menyuruhnya pulang atau semacamnya.

“iya om” ucap Aksara ragu.

“ada perlu apa dengan putri saya?” tanya Daniel.

“saya hanya mau mengajari Thalia om, Thalia ketinggalan pelajaran makanya saya bantu dia om.” jelas Aksara.

“memangnya kamu bisa ajar Thalia?.” tanya Daniel lagi.

“oh jelas ia om, saya itu murid terpintar disekolah om. Saya sudah menjadi langganan juara satu olimpiade matematika dan fisika om, selain itu saya juga bisa berbahasa inggris om, jadi saya jelas bukan anak nakal om.” ucap Aksara menjelaskan tentang prestasinya.

“kamu ini berani banget ya bicara sama saya?”

Mendengar ucapan Daniel, Aksara menelan ludahnya.

“bukan gitu om,saya nggak—”

“kamu berani bicara sama saya dan saya suka sama keberanian kamu.” ucap Daniel membuat Aksara terdiam kaget.

“hahahaha pasti kamu pikir saya akan marahkan?” ucap Daniel tertawa terbahak-bahak.

“hahaha iya om.” jawab Aksara setengah tertawa.

Tak lama kemudian Thalia turun dari kamarnya. Kemudian Aksara dan Thalia melanjutkan perjalanannya ke Cafe, tak lupa berpamitan kepada kedua orang tua Thalia.


Sudah selama 40 menit Thalia dan Aksara belajar. Thalia memutuskan untuk menyelesaikan pembelajaran hari ini, setelah mengerjakan pr tadi.

“udah selesai nih, gue pulang deluan ya.” ucap Thalia sambil merapiakan buku-bukunya.

“yaudah ntar barengan, gua antar pulang.” ucap Aksara.

“nggak usah, gue pulang sama bobo, sekalian mau temani beli buku buat nono.” jelas Thalia.

“nono siapa sih?” tanya Aksara.

“sahabat gue.” jawab Thalia.

Tak lama kemudian, Jeno sahabat Thalia datang dan menghampirinya.

“hai, maaf Lia nono lama.” ucap nono menyesal.

“nggak apa-apa kok, cuma telat bentar doang kok.” ucap Thalia.

“oh iya no, ini Aksara teman belajar Thalia. Aksara ini nono sahabat gue, nama aslinya Jeno.” ucap Thalia sambil memperkenalkan Aksara dan Jeno.

“hai Aksara gua Jeno.” ucap Jeno mengulurkan tangannya.

“Aksara.” sahut Aksara cuek, bahkan Aksara menolak tangan Jeno.

“Aksara, gue sama Jeno deluan ya. see you” kata Thalia sebelum melenggang pergi.

“yaampun banyak amat saingan gua, dosa gua sebesar apa sih? Dapetin Thalia aja harus berhadapan sama dua cowok, mana sama-sama ganteng lagi, nasib-nasib.”


-Aksara