Jangan Menyerah Ka…
Leo segera pergi dari ruang Latihan setelah mengirimkan pesannya. Ia terburu-buru lantara khawatir dengan keadaan Kanaya. Kini dipikirannya hanya Kanaya, bagaimana keadaannya, apakah ia sedang menangis, apakah ia saat ini baik-baik saja? Ah tidak, Leo pun tau itu.
Leo mengendarai sepeda motornya dan tanpa sadar melajukan motornya begitu cepat, lupa memakai masker, saking khawatirnya dia dengan sahabatnya itu.
“Ka tungguin gue…”
Disisi lain ada Kanaya yang tengah berusaha meredahkan tangisnya, sesaat setelah menerima pesan dari Leo yang mengatakan bahwa dia akan mengunjungi Kanaya. Jujur saja Kanaya senang, akhirnya setelah sekian lama, ia bisa bertemu dengan Leo, namun tidak dengan keadaan seperti ini. Kanaya menghapus sisa air mata pada wajahnya dan membasuh wajahnya, tidak ingin dilihat Kaleo dengan keadaannya yang seperti ini.
Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan dari luar kos-an Kanaya. Kanya segera melangkahkan kakinya menuju pintu, hendak membuka pintu. Kanaya tahu siapa orang itu.
Kini dibalik pintu, Leo sedang menegtuk pintu Kanaya dengan pikiran yang kalut, takut terjadi sesuatu dengan Kanaya. Tak butuh waktu lama, pintu kos-an Kanaya terbuka, menampakkan Kanaya dengan kaos putih kebesaran dan celana pendek nya, dan dengan wajah yang berantakkan, Leo tak melihat satu pun tetesan air mata, namun mata Kanaya membengkak menjawab segalanya.
Tanpa aba-aba, Leo langsung memeluk erat Kanaya, membuat Kanaya sedikit kaget. “It's okay Kanaya, I'm here” katanya sambil memeluk Kanaya erat dan menutup matanya. “sesak Le…” ujar Kanaya.
Leo tidak melepas pelukannya, hanya saja sedikit mengendurkan pelukannya. “maaf…” ucap Leo. Kanaya tidak menjawab, jujur saja ia terlalu nyaman dengan sikap Leo saat ini. “maafin gue Kanaya, gue gak balas pesan lo, gue hirauin lo, maafin gue.” Ucap Leo lagi,
membuat Kanaya mendongkakkan kepalanya keatas, terlihat jelas wajah tampan nan indah milik Leo dengan sedikit dibumbuhi wajah imutnya, “kenapa minta maaf sih Le? Gue nggak apa-apa kok,” ucap Kanaya, “tadi itu pikiran gue lagi sedikit kacau makanya nge-chat kayak gitu.” Ucapnya lagi tak lupa senyumannya.
Kaleo melepaskan pelukannya dan terdiam sebentar. Lantas Kanaya menatapnya, ia tersadar Kaleo tidak memakai masker, “Le, kok nggak pake masker sih? Kalau ada yang lihat gimana? Di kos-an ini banyak lo penggemar lo.” Ucap Kanaya sambil menatap Leo dengan tatapan sedikit marah.
“Le lain kali itu—”
“bisa gak sih gausah pikirin hal lain?” potong Leo.
Leo menatap Kanaya, kali ini dengan intens seperti sedang mengintimidasi. Tentu saja Kanaya menjadi takut, nyalinya menciut seketika dan menundukkan kepalanya, tak sanggu menatap mata Leo.
“jangan terlalu pikirin hal lain, gue gasuka, apalagi lo kalau lo pikirin gue.” Ucapnya membuat Kanaya kembali menatapnya, sedikit kaget. “maksud gue, gue gasuka kalau lo terlalu memikirkan gue padahal lo sehrusnya pikirin diri lo sendiri. Gue gabisa bantu lo kalau lo kenapa-kenapa nantinya.” Ucap Leo diakhiri nada sedikit ragu dengan kalimatnya diakhir.
“intinya lo gak boleh nyerah Ka.” Ucap Kaleo lagi dengan nada yang lembut membuat Kanaya kembali menatapnya tanpa rasa takut. “lo yang selalu bilang ke gue buat jangan menyerah, buat selalu berusaha, buat selalu percaya kalau lo bakal berhasil suatu hari nanti, dan gue… gue mau lihat diri lo yang itu, Kanaya.”
“gue gak mau kalau orang yang selama ini jadi penyemangat gue, yang jadi alasan kenapa gue bisa berdiri seperti ini terjatuh, gue gak sanggup.” Ucapnya diakhiri dengan helaan nafas yang agak berat.
Tanpa sadar, tetes demi tetes air mata Kanaya lolos, ah tidak bisakah ia menahannya saja? Rasanya malu menangis seperti ini didepan Leo. Leo tersenyum kala Kanaya berusaha menyembunyikan wajahnya itu.
Segera, Leo menangkup wajah Kanaya dan berkata, “lo bisa menangis sepuasnya, karna gue ada buat lo disaat lo senang ataupun sedih, gausah malu, lo tetap cantik kok.” Ucapnya diakhiri dengan senyuman.
Sekali lagi, Kaleo menarik tubuh Kanaya dan memeluknya, lalu membisikan sesuatu tepat ditelinga Kanaya, “Don't worry Ka, I'm always here, beside you.”
©Araftaeyy
-From Bias to Boyfriend