Cafe
Saat ini Aksara sudah siap untuk menjemput Thalia dari rumahnya, entah mengapa jantung Aksara berdegup kencang, padahal Aksara hanya akan menjemput Thalia untuk diajarinya di Cafe, sekalian untuk 'modus'.
Aksara mengambil napas panjang lalu menghembuskannya pelan. Dia menaiki motornya lalu melajukannya kerumah Thalia.
Setelah beberapa Saat, akhirnya Aksara tiba di rumah Thalia. Aksara melangkahkan kakinya berat kehalaman rumah Thalia.
Suasana tambah mencekam saat Aksara menyadari bahwa perumahan Thalia adalah perumahan polisi, yang berarti ayah Thalia adalah seorang polisi. Matilah dia!
Sesampainya di depan pintu, ia mengetuk pelan pintu rumah Thalia, sesekali memanggil nama Thalia.
tok tok tok
“permisi, Thalia” panggil nya.
Tak lama kemudian, seorang lelaki paruh baya, lengkap dengan seragam kepolisiannya keluar. Lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah ayah Thalia.
Ayah Thalia, Daniel, memandang Aksara dari atas kepalanya sampai ujung kakinya, membuat nyali Aksara menciut.
“siapa kamu? Sepertinya saya tidak pernah melihat kamu datang?” ucap ayah Aksara.
“kenalin om, nama saya Aksara Narendra, saya mau menjemput Thalia om.” ucap Aksara penuh keberanian. Entahlah, mungkin rasa sukanya sudah mengalahkan rasa takutnya.
“ayo masuk.” ajak Daniel.
Aksara menampakkan wajah bingungnya, dia kira Daniel akan menyuruhnya pulang atau semacamnya.
“iya om” ucap Aksara ragu.
“ada perlu apa dengan putri saya?” tanya Daniel.
“saya hanya mau mengajari Thalia om, Thalia ketinggalan pelajaran makanya saya bantu dia om.” jelas Aksara.
“memangnya kamu bisa ajar Thalia?.” tanya Daniel lagi.
“oh jelas ia om, saya itu murid terpintar disekolah om. Saya sudah menjadi langganan juara satu olimpiade matematika dan fisika om, selain itu saya juga bisa berbahasa inggris om, jadi saya jelas bukan anak nakal om.” ucap Aksara menjelaskan tentang prestasinya.
“kamu ini berani banget ya bicara sama saya?”
Mendengar ucapan Daniel, Aksara menelan ludahnya.
“bukan gitu om,saya nggak—”
“kamu berani bicara sama saya dan saya suka sama keberanian kamu.” ucap Daniel membuat Aksara terdiam kaget.
“hahahaha pasti kamu pikir saya akan marahkan?” ucap Daniel tertawa terbahak-bahak.
“hahaha iya om.” jawab Aksara setengah tertawa.
Tak lama kemudian Thalia turun dari kamarnya. Kemudian Aksara dan Thalia melanjutkan perjalanannya ke Cafe, tak lupa berpamitan kepada kedua orang tua Thalia.
Sudah selama 40 menit Thalia dan Aksara belajar. Thalia memutuskan untuk menyelesaikan pembelajaran hari ini, setelah mengerjakan pr tadi.
“udah selesai nih, gue pulang deluan ya.” ucap Thalia sambil merapiakan buku-bukunya.
“yaudah ntar barengan, gua antar pulang.” ucap Aksara.
“nggak usah, gue pulang sama bobo, sekalian mau temani beli buku buat nono.” jelas Thalia.
“nono siapa sih?” tanya Aksara.
“sahabat gue.” jawab Thalia.
Tak lama kemudian, Jeno sahabat Thalia datang dan menghampirinya.
“hai, maaf Lia nono lama.” ucap nono menyesal.
“nggak apa-apa kok, cuma telat bentar doang kok.” ucap Thalia.
“oh iya no, ini Aksara teman belajar Thalia. Aksara ini nono sahabat gue, nama aslinya Jeno.” ucap Thalia sambil memperkenalkan Aksara dan Jeno.
“hai Aksara gua Jeno.” ucap Jeno mengulurkan tangannya.
“Aksara.” sahut Aksara cuek, bahkan Aksara menolak tangan Jeno.
“Aksara, gue sama Jeno deluan ya. see you” kata Thalia sebelum melenggang pergi.
“yaampun banyak amat saingan gua, dosa gua sebesar apa sih? Dapetin Thalia aja harus berhadapan sama dua cowok, mana sama-sama ganteng lagi, nasib-nasib.”
-Aksara